Header Ads

test

Film "Mourning Grave" dan Pembulian di Korea Selatan


Sumber foto: Koreanwiki
"Mourning Grave" film horor berlatar bullying di sekolah menjadi salah satu film yang wajib di tonton. Film yang dirilis pada 3 Juli 2014 berdurasi 90 menit ini dibintangi oleh Kang Ha Neul dan Kim So Eun. Di sutradari oleh On In Chun dan penulis naskah Lee Jong Ho film Mourning Grave menjadi salah satu film horor yang ditayangkan pada Korea Indonesia Festival di Jakarta tahun 2015.
Nah, untuk kalian yang belum menonton Film Mourning Grave yuk simak sinopsisnya. 

In Soo (Kang Ha Neul) memiliki kemampuan khusus untuk melihat hantu dan menjadi terisolasi dari siswa lain karena hal ini.  In Soo datang kembali ke kota asalnya,dia pindah ke sebuah SMA di daerah pedesaan di luar Seoul dan semua penderitaannya dimulai. In-Soo bertemu dengan seorang hantu perempuan (Kim So Eun) di sekolah itu . Dia mencoba melarikan diri tetapi tidak bisa mengelak. Anggota geng di sekolah  menghilang satu demi satu. Indra keenam In Soo kuat merasakan adanya dendam dari apa yang terjadi, hal ini yang membuat rahasia kasus pembulian di sekolah mulai terungkap.

Faktor dan kasus pembulian di Korea Selatan
Mungkin untuk kalian pecinta drama Korea tidak asing dengan drama bertema sekolah dan ada saja unsur yang berujung pada pembulian. Lantas apakah hal tersebut merupakan gambaran asli  kehidupan sekolah di Korea Selatan?
Melihat dari berbagai sumber, pada dasarnya sistem pergaulan anak SMA di Korea ada 3: Iljin, Ijin, Samjin. Iljin itu kelas 1, Ijin itu kelas 2, dan Samjin itu kelas 3. Ini maksudnya bukan tingkatan secara akademis, tapi tingkatan/ kasta dalam pergaulan. Kelas Iljin itu biasanya diisi oleh anak-anak populer, sedangkan Ijin biasanya diisi oleh anak-anak yang biasa-biasa saja, anak-anak Ijin (kelas 2) ini biasanya anak yang diam saja ketika melihat temannya kena bully, karena mereka tidak ingin ikut menjadi korban bully anak lain. Sementara samjin atau kelas 3 biasanya diisi oleh anak-anak yang biasanya menjadi korban empuk para pembully Iljin.

 Lalu mengapa hal seperti ini bisa terjadi?
Beberapa sekolah di Korea Selatan menempatkan “harga diri’ di peringkat pertama. Harga diri dapat diperoleh terutama dari prestasi akademik, di Korea  menganggap bahwa tidak mendapatkan peringkat atas saat sekolah adalah hal yang memalukan, seringkali seorang teman dikatakan sebagai saingan yang harus dikalahkan. Maka, jika prestasi akademik tidak didapatkan, lewat kekuatan fisiklah  anggota Iljin menganggap keberadaannya diakui dan harga diri mereka tinggi.

Bahkan pada bulan September 2017 terdapat kasus bullying ‘Berdarah’ yang melibatkan 5 Siswi SMP di Busan, Korea Selatan. Empat tersangka dengan usia 14-13 tahun menyiksa temannya dikarenakan faktor kecemburuan. Akibat kejadian tersebut korban mengalami luka serius dan menetap di Rumah Sakit selama 1 bulan.
sumber foto: google 2017
Melalui film dan kasus asli ini di Korea, tentu kita harus berfikir bahwa tidak ada seseorang yang pantas menjadi korban kekerasan dan tak seorang pun  pantas menjadi pelaku bullying. Dalam keadaan, alasan dan situasi apa pun perundungan tidak dibenarkan dilakukan.

Tidak ada komentar